Pongamia pinnata

Ilustrasi oleh Karyono, CIFOR

Geografi

Pongamia pinnata, (syn. Millettia pinnata), juga dikenal sebagai pohon malapari atau karanja, memiliki penyebaran asli yang luas di Asia dan Australia. Jenis ini juga dibudidayakan di Afrika, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pohon ini berpotensi besar untuk menghutankan kembali bentang alam yang rusak atau terdegradasi. Pohon ini tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembap dan subtropis juga jaringan akarnya yang lebat serta akar tunggang yang tebal membuatnya tahan terhadap kekeringan.

Manfaat

Pongamia memiliki banyak manfaat untuk manusia maupun satwa. Bernilai sebagai pohon hias, bunganya yang harum menjadi sumber polen dan nektar bagi lebah-lebah penghasil madu hitam. Madu ini dapat dipanen dari apikultur dan menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat pedesaan. Daun-daunnya juga memiliki manfaat pengobatan. Minyak dari bijinya dapat dimanfaatkan sebagai obat gosok untuk penyakit kulit dan rematik. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk mengobati sakit perut, dispepsia dan penyakit hati.

Sementara itu, bubuk bijinya dimanfaatkan untuk meredakan bronkitis dan batuk rejan dan juga diresepkan sebagai tonik untuk demam. Bagi para peternak, daunnya bernilai tinggi untuk pakan ternak, khususnya untuk sapi dan kambing. Selain itu, daun yang berjatuhan juga menjadi sampah organik yang menjadi konsumsi sejumlah binatang. Ekstraksi minyak dari biji juga menghasilkan ampas press (press cake) yang digunakan sebagai pupuk atau sebagai pakan ternak untuk hewan pemamah biak dan unggas. Minyak pohonnya memiliki sejarah panjang sebagai bahan bakar lentera, bahan baku untuk sabun, vernis dan cat, pengusir serangga di tempat penyimpanan dan nyamuk. Kayunya dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar, sering kali sebagai arang, dan abu yang dihasilkan digunakan sebagai bahan pewarna.

Di Lapangan

Sejak tahun 2015, di Taman Nasional Ujung Kulon Jawa Barat, Indonesia, peneliti CIFOR dan CFBTI telah melakukan percobaan untuk mengidentifikasi potensi Pongamia pinnata sebagai tanaman bahan bakar nabati. Penelitian mengungkap bahwa Pongamia pinnata memiliki kandungan minyak yang sangat tinggi (mencapai 44,7 persen). Namun demikian, berbagai faktor (misalnya, mesin dan metode ekstraksi, dan faktor-faktor genetik) berdampak signifikan terhadap jumlah minyak yang dihasilkannya.

Energi

Pohon Pongamia pinnata semakin banyak digunakan untuk produksi minyak karena kegunaan biodieselnya, yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit pompa air dan membangkitkan listrik di wilayah pedalaman dengan akses listrik yang terbatas. Wilayah pedalaman miskin di India, misalnya, telah memanfaatkan minyak pongamia untuk tujuan ini. Biji Pongamia pinnata mengandung 30 persen hingga 50 persen minyak dengan kandungan lemak tinggi, yang dapat dikonversi menjadi biodiesel. Komposisi minyak biji dan karakteristiknya telah memenuhi standar industri Amerika Utara dan Eropa. Selain itu, sifat-sifat penting Pongamia pinnata lainnya, seperti viskositas, titik nyala, titik tuang dan titik awan, sesuai untuk daerah tropis dan beberapa wilayah beriklim sedang.

Publikasi Terkait

  • Hasnah, T., Leksono, B., Sumedi, N., Windyarini, E., Adinugraha, H. A., Baral, H., & Artati, Y. (2020, October). Pongamia as a Potential Biofuel Crop: Oil Content of Pongamia pinnata from the Best Provenance in Java, Indonesia. In 2020 International Conference and Utility Exhibition on Energy, Environment and Climate Change (ICUE) (pp. 1-6). IEEE.

  • Groom, A. (2012). Pongamia pinnata. The IUCN Red List of Threatened Species 2012: e.T168724A20129906.

  • Scott, P. T., Pregelj, L., Chen, N., Hadler, J. S., Djordjevic, M. A., & Gresshoff, P. M. (2008). Pongamia pinnata: an untapped resource for the biofuels industry of the future. Bioenergy Research, 1(1), 2-11.

  • Heuzé V., Tran G., Delagarde R., Hassoun P., Bastianelli D., Lebas F. (2017). Karanja (Millettia pinnata). Feedipedia, a programme by INRAE, CIRAD, AFZ and FAO.

  • Iinuma, M., Tosa, H., Tanaka, T., & Yonemori, S. (1994). Two xanthones from root bark of Calophyllum inophyllum. Phytochemistry, 35(2), 527-532.

Informasi yang tersaji dalam artikel ini tidak melalui peninjauan sejawat dan tidak dimaksudkan sebagai masukan. Ini didasarkan pada pengetahuan saat ini dan literatur yang tersedia. CIFOR dan organisasi mitra tidak memberikan jaminan apa pun dan merekomendasikan pemangku kepentingan yang tertarik untuk melakukan penilaian dan verifikasi independen lebih lanjut sebelum membuat keputusan bisnis dan investasi.