Cerbera manghas

Ilustrasi oleh Karyono, CIFOR

Geografi

Cerbera manghas, juga dikenal sebagai mangga laut atau bintaro di Indonesia, tersebar secara alami di Kepulauan Seychelles di Samudra Hindia ke arah timur hingga Polinesia Prancis. Bintaro melingkupi habitat pesisir dan sering tumbuh di hutan mangrove. Pohon ini telah diperkenalkan ke Hawaii dan beberapa lokasi tropis lainnya sebagai jenis tanaman hias.

Manfaat

Akar, kulit batang dan daunnya digunakan untuk meramu obat pencahar. Bijinya digunakan sebagai obat tradisional di Madagaskar untuk mengobati gangguan jantung. Di wilayah tropis Asia, biji Bintaro digunakan untuk mengobati penyakit kudis dan iritasi kulit, membuat tonik rambut dan sebagai racun ikan. Secara tradisional, kulit batangnya digunakan sebagai obat pencahar dan antipiretik serta dalam pengobatan disuria dan penyakit jamur kulit, sementara bunganya digunakan untuk mengobati wasir. Kayunya digunakan di wilayah tropis Asia untuk membuat cetakan, finishing interior bangunan, kotak buah, kayu lapis inti, korek api, daun jendela, bakiak, mebel, dan ukiran. Produksi arang juga menjadi hasil sampingan lainnya. Bintaro  juga ditanam sebagai tanaman hias, dan buahnya yang berserat digunakan dalam rangkaian bunga.

Di Lapangan

Di Sumata, peneliti dari CIFOR dan Institut Ilmu Pengetahuan Hutan Nasional di Korea Selatan (NIFoS) membuat sebuah proyek percontohan yang bermitra dengan Universitas Sriwijaya Indonesia untuk mengujicobakan tanaman yang dapat tumbuh di  lahan terdegradasi dan marginal. Para peneliti menggunakan paludikultur (wanatani lahan basah) untuk menunjukkan bagaimana bintaro, nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan jelutung (Dyera lowii) dapat tumbuh di antara tanaman padi dan nanas pada lahan gambut terdegradasi.

Energi

Minyak Cerbera manghas tidak dapat dikonsumsi untuk pangan tetapi bermanfaat untuk produksi biodiesel. Berasal dari buah pohonnya, kandungan minyak dari biji Bintaro  adalah sebesar 54 persen. Biodiesel dihasilkan dari ester metil Cerbera manghas (CMME) dan sifat-sifat minyaknya  termasuk dalam standar yang direkomendasikan untuk biodiesel. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, minyak Bintaro menjanjikan sebagai bahan baku untuk mendukung produksi biodiesel di masa depan.

Publikasi Terkait

  • CIFOR (2020). CIFOR Annual Report 2019: Forests in a time of crises. Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).

  • Lemmens, M. J. (2006). Cerbera manghas [Internet] Record from PROTA4U. Schmelzer, G.H. & Gurib-Fakim, A. (Editors). PROTA (Plant Resources of Tropical Africa / Ressources végétales de l’Afrique tropicale), Wageningen, Netherlands.

  • Ong, H. C., Silitonga, A. S., Mahlia, T. M. I., Masjuki, H. H., & Chong, W. T. (2014). Investigation of biodiesel production from Cerbera manghas biofuel sources. Energy Procedia, 61, 436-439.

  • Radford, D. J., Gillies, A. D., Hinds, J. A., & Duffy, P. (1986). Naturally occurring cardiac glycosides. Medical Journal of Australia, 144(10), 540-544.

Informasi yang tersaji dalam artikel ini tidak melalui peninjauan sejawat dan tidak dimaksudkan sebagai masukan. Ini didasarkan pada pengetahuan saat ini dan literatur yang tersedia. CIFOR dan organisasi mitra tidak memberikan jaminan apa pun dan merekomendasikan pemangku kepentingan yang tertarik untuk melakukan penilaian dan verifikasi independen lebih lanjut sebelum membuat keputusan bisnis dan investasi.