Media coverage

Each year, CIFOR’s research and scientists are mentioned in over 1,500 news stories by local and international media outlets worldwide. Find the latest here, with over a decade of archives.


Punan Kalimantan Memiliki Genetik Berbeda dengan Dayak

Orang Punan memiliki leluhur dari Asia Daratan (Mainland Asia) seperti orang Aslian di Malaysia, yang kalau dirunut juga berbagi leluhur dengan orang Andaman. Komposisi Asia Daratan ini juga terdapat pada populasi Dayak Kenyah dan Lundayeh.

Namun, Punan mendapat tambahan bauran genetik dari leluhur pra-Austronesia dari Asia Timur. Sementara Kenyah dan Lundayeh mendapat bauran genetik dari Kankanaey atau Igorot-Filipina yang menjadi salah satu penciri penutur Austronesia. ”Berbeda dengan Dayak, Punan tidak memiliki bauran genetik Austronesia,” kata Pradiptajati.

Tiadanya DNA Austronesia ini membuat orang Punan tetap mengembangkan budaya hidup berpindah-pindah sebagai pemburu dan peramu di hutan-hutan Kalimantan. Mereka tidak terpapar dengan budaya bercocok tanam yang dibawa oleh penutur Austronesia, yang mendominasi sebagian besar komposisi penduduk di Indonesia bagian tengah dan barat.

”Dari data genetik ini, kita bisa melihat bahwa tradisi berburu dan meramu orang Punan ini sudah sangat tua dan tidak ada tanda mereka pernah menjadi petani sebelunya. Kemungkinan, mereka adalah kelompok pemburu dan peramu awal di Nusantara yang masih bertahan karena luasnya hutan Kalimantan di masa lalu,” kata Pradiptajati.

Sensus yang dilakukan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR) pada 2003-2004 menemukan adanya 8.956 orang Punan di Kalimantan Timur, yang waktu itu belum mekar menjadi Kalimantan Utara. Dalam laporan survei itu disebutkan, survei saat itu mencangkup 90 persen populasi Punan di Kalimanan Timur, kecuali kelompok yang terisolasi di hutan yang diduga masih ada, yaitu Punan Batu dan Basap.
Read more on kompas.id